Canggih, USK Terapkan Teknologi IoT Cegah Hama Babi di Jantho, Begini Cara Kerjanya
“Keseluruhan perangkat tersebut dijalankan secara remote melalui Smartphone Android yang telah di-instal aplikasi khusus yang dikembangkan secara mandiri,” jelas Dr Syarizal Fonna yang juga menjabat sebagai Ketua Jurusan Teknik Mesin dan Industri.
Maraknya hama babi hutan menurunkan produktifitas petani ubi kayu di daerah Jantho Baru, kabupaten Aceh Besar.
Wilayah lahan di perbukitan yang dekat dengan hutan lindung, menjadikan hal tersebut tidak dapat dihindarkan.
Bagaimana tidak, tingkat kerusakan komoditas ubi kayu akibat tidak terkendalinya babi hutan mencapai 40-90 persen.
Sehingga produktivitas hasil panen menjadi sangat rendah.
Mengatasi hal tersebut, tim Pusat Riset Telematika Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Universitas Syiah Kuala (USK) melalui skema Pengabdian Kepada Masyarakat Kompetitif Nasional yang diketuai oleh Dr Ir Syarizal Fonna ST MSc, dengan anggotanya Dr Ir Ramzi Adriman ST MSc, dan Ir Afdhal ST MSc, menawarkan satu pemecahan terhadap persolan tersebut dengan penerapan teknologi IoT (Internet of Things).
Dr Ir Syarizal Fonna ST MSc mengatakan, teknologi IoT ini pada dasarnya merupakan hasil riset yang dikembangkan untuk sistem keamanan yang dapat digunakan untuk berbagai lokasi, termasuk lahan pertanian dan perkebunan.
“Untuk lahan pertanian, Teknologi IoT ini dapat digunakan sebagai sistem pengamanan lahan dan tanaman dari sejumlah hama atau gangguan lainnya,” kata Syarizal, Senin (28/11/2022).
Penerapan teknologi ini pada lahan pertanian dapat diintegrasikan dengan sistem pagar listrik bertenaga surya yang telah dikembangkan sebelumnya.
Ia mengatakan, penerapan perdana teknologi IoT ini dijalankan pada lahan kebun ubi kayu kelompok tani BRS yang beranggotakan Andi Fachrizal, Munawir Putra, dan Muhammad Baihaqi.
Lahan ini merupakan milik mitra pengabdian yang berada di Gampong Jantho Baru, Kabupaten Aceh Besar.
Ia menjelaskan, teknologi IoT yang dikembangkan sebagai pemantau dan pengaman kebun ini bekerja dengan prinsip utama yaitu kamera digunakan untuk pemantauan kebun dan pengeras suara berfungsi untuk mengusir hama babi.
Pagar listrik yang sudah ada juga berfungsi sebagai pengaman.
“Keseluruhan perangkat tersebut dijalankan secara remote melalui Smartphone Android yang telah di-instal aplikasi khusus yang dikembangkan secara mandiri,” jelas Dr Syarizal Fonna yang juga menjabat sebagai Ketua Jurusan Teknik Mesin dan Industri.
Sementara itu, Wakil Dekan II Fakultas Teknis USK, Dr Ramzi Adriman mengatakan, kamera yang digunakan pada sistem pemantau ini sudah dilengkapi dengan teknologi infra-red, sehingga dapat berfungsi dengan baik pada malam hari.
Hal ini menjadi satu keuntungan tersendiri, mengingat babi hutan aktif sepanjang hari.
Disamping itu lanjut Dr Ramzi, sistem pemantau dan pengaman ini menggunakan energi surya sehingga sangat membantu petani.
“Benar, baik dalam hal pembiayaan dan tentunya dapat meningkatkan skill petani dengan terlibat langsung menggunakan teknologi baru,” imbuhnya.
Hal serupa juga dikatakan Andir Fachrizal perwakilan kelompok tani BRS.
Ia mengaku sangat antusias menerima sistem pemantau dan pengaman babi hutan ini dan aktif ikut serta dalam uji coba dan pemasangannya di kebun.
“Kami berharap, dengan teknologi pemantau dan pengaman dari babi hutan yang diberikan ini dapat menyelesaikan masalah yang selalu kami hadapi,” tutup dia.
Ir Afdhal MSc yang merupakan Ketua Pusat Riset Telematika menambahkan bahwa, teknologi pemantau dan pengaman kebun berbasis IoT ini boleh dimanfaatkan oleh petani lainnya.
“Hal ini untuk menanggulangi hama babi hutan, mengingat hama ini bukan saja menjadi permasalahan petani Jantho Baru, namun diseluruh Indonesia,” pungkasnya.